Suatu ketika saat kita terbangun di suatu pagi, ada
yang tertinggal dalam tidur kita, ya itu adalah mimpi. Mimpi yang membuai kita
dalam tidur yang terkadang malah menginspirasi kehidupan kita. Itulah pengaruh
mimpi yang begitu kuat bagi diri kita. Dengan adanya mimpi maka kegiatan tidur
kita pun terasa seperti hanya sekejap saja. Dengan adanya mimpi, otak kita
tidak ikut tertidur dan terus mengasah agar nanti ketika kita terbangun maka
sudah siap untuk digunakan.
Mimpi juga mengilhami tiap orang untuk berbuat
kebodohan, melakukan sebuah manuver hebat dalam hidupnya atau malah melakukan
lompatan indah dalam hidupnya. Mimpi sebagai cita-cita, rasanya sudah jarang
kita mendengar pertanyaan “apa cita-citamu?” di usia yang menginjak dewasa ini.
Karena bukan orang lain yang menanyakan itu melainkan kita sendiri. Kita
meraba-raba apa yang seharusnya dilakukan di masa depan, kita menyatukan
berbagai potongan puzzle yang kita buat sendiri. Ada tanggung jawab yang lebih
besar, ada keinginan tak terucap yang terkadang membebani pikiran kita. Oleh
karena itu kita menetapkan tujuan, kita bermimpi setinggi langit dan kita
membuat tangga untuk mencapai langit itu, entah seberapa tinggi langit masih
ada yang diusahakan.
Salahkah bila kita menjadi seorang pemimpi? Tentu
saja salah, apabila kita terus menjadi pemimpi maka kita tidak segera bangun,
kita tetap tertidur dan menyaksikan mimpi itu. Maka bangunah dan wujudkan mimpi
itu. Wujudkan sesuai dengan kemampuanmu, tetaplah bersyukur agar kepalamu tidak
terus mendongak ke atas. Bangunlah wahai pemimpi! Jika kamu ingin menjadi guru
maka asahlah kemampuanmu dalam berkomunikasi, jika kamu ingin menjadi dokter
maka belajarlah dengan giat untuk diterima di fakultas kedokteran. Jika kamu
ingin menjadi tentara maka berlatihlah agar kamu memiliki otak dan fisik yang
sesuai. Mimpi itu begitu indah sehingga terkadang kita terbuai dengannya dan
lupa untuk bangun.
Suatu waktu tentu kita pasti menemukan batu
sandungan, jalan yang bercabang atau jalan buntu ketika kamu berusaha
mewujudkan mimpi itu. Semua hal itu biasa ada, dan bukan sebagai penghalang
melainkan sebagai pemacu larimu, suplemen vitamin bagi usahamu agar kamu
berpikir ulang, agar kamu lebih giat, agar kamu lebih berusaha, agar kamu
menoleh ke belakang, agar kamu mengingat, agar kamu bersyukur. Itulah yang
sesuai untukmu, jangan biarkan mimpi menjadikanmu orang egois yang hanya
mengenal dirimu dan mimpimu. Jangan sampai kesibukanmu itu melupakan
orang-orang disekitarmu. Apa kamu bahagia? Apa orang di sekitarmu bahagia? Apa
orang merasakan manfaatnya? Atau malah ketika kamu meraih mimpi itu, yang kamu
peroleh hanya kebanggaan dan kepuasan? Lalu untuk apa kamu memperoleh mimpi
itu, tidak ada gunanya. Karena kamu telah menjadi egois. Hanya kebanggaan dan
kesenangan untuk dirimu sendiri atau untuk keluargamu saja yang kamu inginkan.
Percuma, itu hanya percuma. Mana sumbangasih untuk negaramu, tanah airmu,
orang-orang di sekitarmu dan untuk agamamu juga kaummu. Pikirkan kembali apa
yang sebenarnya tujuan dan mimpimu itu. Egoiskah? Atau memang sepatutnya mimpi
itu ada untuk perubahan.
0 comments:
Post a Comment