RSS

Aku..


Aku tidak akan cemburu pada dirimu yang masih kabur, sosok yang aku sendiri tidak tahu siapa

Akan aku kubur cemburu itu dalam kotak besi yang terkunci rapat, bahkan akupun tak akan bisa membukanya

Akan aku lebarkan sayapku yang telah terkoyak ini meskipun aku tidak bisa terbang lagi

Aku akan berlari jauh mendahuluimu dan tak akan menunggumu menyusulku

Akan aku tinggalkan masa lalu seperti engkau meninggalkan luka di kedua sayapku

Jika aku bisa

Kalau memang aku sanggup

Andai aku bisa mengendalikan cemburu seperti aku mengendalikan kedipan mataku

Andai aku bisa melebarkan sayap yang sebenarnya sudah hilang

Andai aku bisa berlari tanpa menoleh ke arahmu

Jika saja masa lalu seperti butiran pasir yang mudah tercerai

Bisakah kau melihat luka? Seperti halnya kau membuat kebahagiaan?

Karena ada jiwa-jiwa yang terus bertasbih untuk kekuatannya

Karena ada kisah-kisah yang memang hanya lara untuk sebuah pengalaman

Karena memang ada jalang-jalan yang berbatu untuk menuju surga

Karena memang ada kesetiaan yang patut dipertanyakan

Lalu aku bisa apa?

Sujudku padaMu tenangkanku, biarkan kisahku melanglang buana

Karena memang kita saling menguatkan





Terinspirasi dari:
“Catatan Hati Seorang .....”
By bunda Asma Nadia
---Gadis Hujan---

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PERBEDAAN



Beberapa waktu yang lalu ketika membantu dalam melakukan pengajaran di sebuah TPA saya begitu kaget ketika ada celetukan dari seorang anak ketika mereka sedang membicarakan sudah berapa hari berpuasa. Anak kecil itu mengatakan kepada anak lain dengan nada yang sinis mengenai suatu golongan “Kowe kan Muhammadiyah” (kamu kan Muhammadiyah). Saya begitu kaget mendengarnya, apalagi perkataan itu disambung dengan deretan kata yang kurang pantas untu perkembangan psikologi anak. Apalagi ketika saat kecil dia dihadapkan pada suatu perbedaan yang menunjukkan bahwa hanya dia yang berbeda dan keadaan sekelilingnya seakan memusuhinya dan tidak terima dengan perbedaan itu.

Hal pertama yang saya pikirkan saat itu adalah salah, ini kesalahan kami orang dewasa yang seharusnya lebih memahami mengenai arti perbedaan itu dan bagaimana bersikap sehingga dapat dijadikan contoh bagi adik-adik atau generasi yang lebih muda. Ah ini benar-benar kesalahan ketika seseorang mengatakan mengenai perbedaan. Hal selanjutnya yang saya pertanyakan adalah memangnya ada ya Islam muhammadiyah? Ada ya Islam NU? Ada ya Islam apa gitu? Karena selama ini yang saya tahu ya hanya ada satu, yaitu ISLAM. Hanya ISLAM gak pake embel-embel lainnya. Trenyuh dan sedih waktu itu ketika saya melihat dan mendengar, anak sekecil itu sudah begitu salah dalam memaknai perbedaan dan kesalahan dalam bersikap. Ini salah, kesalahanku dan generasi sebelumku juga, yang mengajarkan kesalahan. Ingatan saya langsung melayang pada saat saya masih kecil dulu.

Saya hidup dengan keluarga yang berbeda dengan kebanyakan masyarakat sekitar. Dengan cara pandang yang berbeda, dengan perbedaan itu saya terkadang merasakan beban psikologis, apalagi ada yang saling menyalahkan. Kenapa harus saling menyalahkan apabila itu memiliki dasar yang sama yaitu Al-Qur’an dan Hadist? Berjalanlah sesuai dengan keyakinan kita masing-masing. Agamaku Islam. Ya Cuma Islam, Tuhanku Allah, tiada Tuhan selain Allah, nabiku Muhammad. Kita sama bukan? Hanya perbedaan cara pandang terkadang membuatku seakan yang bersalah di sekolah, ketika saya mengemukakan pendapat. Atau saat beribadah. Saya masih single, dimana tanggung jawab masih ada pada Ayahku, saya belum bersuami dan saya masih punya kebebasan dalam mengkaji berbagai hal dengan dasar-dasar yang memang benar. Berbeda! Berbeda! Berbeda! Aku pernah merasakan bagaimana perasaan anak kecil tadi yang diolok oleh teman-teman lainnya. Ada hal yang begitu saya takutkan ketika ia tumbuh dewasa dengan beban dan perasaan tersakiti yaitu ketika ia sudah dewasa maka ia termasuk golongan orang-orang yang mempermasalahkan perbedaan, yang merasa paling benar, karena balas dendam dari masa kecilnya. Hal seperti itu memang benar-benar mungkin terjadi.

Mungkin karena itu saya begitu sensitiv ketika orang lebai mempersoalkan mengenai suatu perbedaan. Meskipun terkadang saya melihat beberapa teman kuliah memiliki cara pandang yang berbeda, dan menyikapi perbedaan itu dengan kurang bijaksana, ada perasaan di hati yang terasa tercabik-cabik dan pertanyaan WHY? WHO ARE YOU? Begitu gampangkah orang mencela saudara seagamanya? Bahkan saya sering sekali mereka saling menyebut kafir dan zionis. Ya Allah, sudah dekat memang kiamat itu, sungguh dekat. Bagaimana tidak, orang saling menunjukkan kelemahannya sendiri tanpa sadar, saling mencela. Saya kurang berilmu, tapi saya merupakan pelaku dan korban juga terhadap sikap kurang dewasa dalam menyikapi perbedaan. Sebenarnya ada apa dengan kita, kita sendiri yang memecah-mecah yang sebenarnya satu. Bahkan anak sekecil itu, yang seharusnya begitu polos bisa mengatakan hal yang seperti itu.

Salahkah pengajaran selama ini?

Salahkah sikap yang ditunjukkan para pemuka itu yang dijadikan contoh banyak orang?

Salahkah menjadi berbeda? Salahkah kita berpikir dengan cara yang berbeda? Toh sumber kita sama, toh dasar kita memang benar?

Saya ingin mengajak para pembaca semua untuk tidak terlalu kaku dalam berpikir, dan merasa bahwa apa yang dilihat hanya itulah kebenaran yang ada. Apakah kita ingin generasi kita nanti saling mengolok untuk suatu perbedaan yang seharusnya merupakan pelengkap. Kelima jari kita berbeda satu sama lain dan memiliki fungsinya masing-masing. Ayolah kita saling menghormati dan bertindak lebih dewasa dalam menyikapi hal seperti ini. Kembalikan semua kepada Allah SWT, bukankah Allah merupakan hakim yang paling adil? Tidak ada keraguan sama sekali.

Sejujurnya saya ingin marah, berontak kepada pendahulu saya yang menyebabkan semua kejadian ini. Memang sifat dasar dari manusia yang memiliki nafsu, yang menjadi penyebab adaya keegoan. Islam adalah rahmatalilalamiin, penuh dengan kasih sayang, kenapa mereka mengajari untuk saling menjatuhkan? Sedangkan kita saudara. Para pemuka yang sosoknya dilihat oleh seluruh dunia, menjadi contoh oleh khalayak, bisakah bersikap dengan kedamaian? Ayolah, jangan biarkan jiwa-jiwa baik yang masih polos itu ternoda dan penuh kebencian hanya karena perbedaan yang sebenarnya tidaklah berbeda. Kita yang membuat parit dalam perbedaan itu sendiri, kita yang membuatnya berbeda, dan kita yang mempermasalahkannya.

----- gadis hujan ----


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KRITIK : membangun kepribadian dan memajukan cara pandang


Terkadang saya merasa bahwa keadaan yang ada saat ini sudah cukup dan memang seharusnya seperti ini. Keadaan saya sudah seperti ini adanya tetapi ternyata beberapa cara pandang dan kebiasaan saya salah dan perlu untuk dibenahi. Hal yang demikian saya sadari setelah adanya kritik. Sebuah kritik memang terkadang begitu menyanyikatkan bagi kita yang belum pernah dikritik sebelumnya, tetapi sebenarnya kritik merupakan salah satu hal yang dapat membuat kita lebih peka lagi dengan keadaan di sekitar dan membuat pemikiran kita lebih maju dari biasanya.

Beberapa waktu lalu saya memperoleh kritik yang sangat membantu bagi kelancaran kehidupan saya nantinya dan juga semoga membantu dalam kelancaran perjalanan saya menuju surga. (Aamiin). Beberapa kali ketika saya membaca kritik tersebut ada sebuah perasaan yang begitu menggebu. Mengapa saya dikatain seperti itu? Apa yang sudah saya perbuat? Dan berbagai macam pertanyaan muncul di pikiran saya. Hingga akhirnya saya merefleksikan diri, saya melihat kembali ke dalam diri saya. Oh ternyata saya seperti ini, ada yang kurang dari diri saya dan saya menyadari itu. Maka saatnya bagi diri saya untuk berkembang maju ke depan dengan mengubah dan menambah habits atau kebiasaan-kebiasaan yang saya lakukan selama ini.

Tidaklah sulit sebenarnya untuk bergerak maju dan lebih terbuka pikiran apabila kita memperoleh kritik yang membangun dan berupaya sekuat tenaga merefleksikan pada diri kita. Tetapi memang sulit pada awalnya untuk memulai hal tersebut, begitu sulitnya hingga terkadang kita sendiri tidak tahu seharusnya bersikap bagaimana dalam menerima sebuah kritikan. Kritik merupakan salah satu jembatan yang menghubungkan kita dengan masa depan. Membuat diri menjadi lebih peka dengan dunia luar dan mengurangi kesombongan diri. 

Tinggal kita buka telinga lebar-lebar dan lebih sensitif dengan keadaan yang ada di sekeliling. Sudah baik kah kita terhadap orang lain? Sudah cukup bijaksanakah kita dalam menyikapi suatu masalah? Sudah bermanfaatkah kita untuk lingkungan kita? Kritik merupakan salah satu media yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Lebih sensitif dan tidak membiarkan telinga kita tertutup merupakan salah satu kunci sukses

Kritikan itu begitu berharga bagi saya karena menunjukkan begitu pedulinya orang untuk kemajuan dan perbaikan perilaku saya. Itulah yang terjadi, saya begitu bahagia ketika membaca suatu kritik dari seorang teman lewat email. Begitu banyak orang yang menyayangi saya. Mungkin saya yang kurang dewasa dulu dalam menjalani hidup sehingga begitu bayak kealpaan yang sudah saya lakukan selama ini.  Cara membalas kritik ya dengan mengubah diri menjadi lebih baik. Bukankah ini malah menambah kemajuan diri kita untuk kehidupan selanjutnya? Yuk kita saling mengingatkan dalam kebaikan :D

Selamat berbuat baik teman-teman
dan Semoga menjadi pribadi yang lebih baik lagi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS