Berputar-putar dalam
diam
Sediam itukah?
Tidak..
Percikan hujan
menggayut mesra pada tubuhnya
Gadis hujanku yang
terindah
Gadis hujanku..
Yang telah lama diam
terkurung dalam hidupku
Gadis hujanku...
Yang tangisnya
sebening embun
Gadis hujanku..
Yang dalam diam dia
tertawa
Menangis..
Tersenyum
Senyumnya yang
menorehkan rindu
Oh Gadis hujanku
Ini aku..
Bersembunyi di bawah
hujan
Sudah
dua jam waktu kerja paruh waktuku di minimarket ini. Aku melihat ke jendela
kaca di luar, jalanan mulai sepi hanya satu dua mobil yang lewat. Seseorang
duduk sendiri di halte bis di seberang jalan. Tidak ada yang istimewa darinya,
tapi kesunyian membuatku senang memperhatikannya.
“tik..tik..tik...”
“tik.tik.tik.tik.tik.”
Hujan mulai turun, semakin deras.
Sepertinya sudah memasuki musim hujan karena dalam satu minggu ini sering hujan
pada malam hari. Hujan semakin deras, semakin deras dan semakin deras. Aku melihat
ke arah halte, gadis itu tidak lagi duduk di tempatnya. Dia menari-nari di
jalanan menikmati air hujan yang mengguyur lebat. Gadis aneh.. dia terus menari
di bawah hujan, melompat, tertawa, terlintas dalam pikiranku gadis itu bukan
orang normal.
Sudah
sebulan aku bekerja paruh waktu di minimarket ini dan tiap malam aku melihat
gadis itu, gadis yang sabar menanti bus yang lama tak datang. Gadis aneh yang
menari di bawah hujan. Aku menanti tiap pertemuan dalam sunyi ini, bukan
pertemuan tepatnya tapi sebuah komunikasi searah dariku yang melihat gadis
hujan itu. Berlarut-larut hingga aku bertahan bekerja di minimarket itu hampir
setahun. Bukan karena uang, tapi karena gadis itu, gadis aneh yang senang
menari di bawah hujan.
Setelah
melihat lama tarian hujan aku mulai mengerti. Dialah gadis hujan, yang
mencintai hujan. Rambutnya yang panjang sebahu basah menutupi wajahnya. Tawanya,
ada yang bergolak di hatiky. Hentakan air hujan yang ia tarikan menghipnotis
mataku. Untaian tanganya yang menyapa air hujan serasa mengusap lembut hatiku. Segalanya
gelap, gelap hanya ada cahaya di titik itu, gadis itu.
Mesra...
Akupun ingin mesra..
Dalam balutan hujan itu, bersamamu..
Akupun ingin menjadi hujan
Yang airnya membawa tawamu..
Oh gadis hujan..
Ingin aku menyapa, mengakhiri
diam ini, ingin aku berlari menghampiri, menemani kesendiriannya. Ingin aku
bertanya “tidak adakah yang menemanimu wahai gadis hujan?”.
Tapi
Aku hanya menatap lewat jendela
kaca dengan jarak 40 meter. Aku menyemangatinya dari jauh, mengikuti senyummu
dalam jarak. Dan ikut menari dalam hati. Bukan cinta, bukan. Terlalu naif bila
mencintai orang tanpa tahu siapa dia. Hanya keinginan bergelayut mesra dalam
tatapan. Aku ingin ada kelanjutan, aku ingin ada kebisingan dalam sunyi ini,
aku tidak ingin berkomunikasi sendiri. Aku ingin tahu, ingin mendekat, ingin masuk
dalam tariannya. Tidak..tidak sekarang..tidak..tidak...
Aku belum cukup berani.. gadis
hujan itu pasti menunggu.. pasti tetap disana.. nanti suatu hari nanti, aku
akan mendekat.