Hujan yang baru
Saya
seiring waktu yang berjalan, sungguh saya tak ingin ikut tergerus
tapi ternyata memang saya wanita biasa
katakan kau ada, sungguh aku tak ingin ikut
tapi memang saya wanita biasa
sebuah pelajaran indah
saya tidak sempurna
kembalilah
ke awal
SHARE CERITA : Sebenarnya apakah aku orang ketiga ?
Aku pernah punya seorang
teman yang begitu sabar, seorang wanita yang menurutku sangat kuat, seorang
istri yang seakan tanpa cela, aku anggap dia wanita panutanku. Hidupnya penuh
keceriaan, tawanya begitu renyah. Bahkan terkadang aku berpikir hidupnya indah
tanpa cela, hingga suatu hari aku menyadari sesuatu, segalanya tak seindah yang
aku liat, ada air mata yang tertutup senyum. Yang membuatku begitu
mengaguminya, dialah Istri yang seharusnya....
Hal ini dimulai dari
suatu pertemuan sore, ada sedikit wajah murung yang terlihat dari raut
wajahnya, aku mengira mungkin karena setelah setahun pernikahan tapi dia tak
kunjung hamil, tapi ternyata bukan itu.
Sebuah percakapan
singkat membuka mataku, dialah wanita... dia ternyata perempuan biasa... tapi
dia seorang muslimah terkuat yang pernah aku kenal..
“Inna, aku ini kalo
orang bilang sedang menjalani long
distance relationship lho, aku sekolah dimana si papi dimana”
Aku tersenyum, tumben si
mbak ini cerita soal cinta2an gini. Papi ini merupakan panggilan sayangnya
untuk suami tercinta. Memang mereka hidup berjauhan, tapi aku merasa kehidupan
mereka mesra-mesra aja seakan menjadi top couple gitu.
“Terkadang tahu banyak
itu salah, bersikap dewasa itu menyiksa, dan menjadi bijaksana itu seolah salah”
Aku melihat ke arah mbak
ini, dan menatapnya, usianya masih cukup muda, riasan tipisnya mempercantik
aura kecantikan dari wajahnya tapi ada mendung dalam tatapannya.
“Terkadang aku merasa
menjadi wanita bodoh yang selalu diam dan seakan tidak tahu apa-apa”
“Aku memang tidak
sempurna, sebenarnya apa yang harus aku perbaiki? Kalau tidak pernah ada
keluhan?”
Aku hanya terdiam, dalam
pikiranku mulai ada pikiran-pikiran negativ. Ada apa sebenarnya? Aku mengenal
dekat dengan mbak ini, tapi baru kali ini aku melihat ada kegalauan dalam
dirinya, setelah 20 tahun aku mengenalnya.
“Inna, sebenarnya apakah
aku orang ketiga dalam hubungan itu? Atau dia orang ketiga dalam pernikahanku? Sedangkan aku merasa diam dan tak tahu
apa-apa adalah yang terbaik?”
Semua makin jelas, aku
beranikan bertanya
“Mbak, apa mas mulai ‘nakal’?”
Ada kaca yang bergoyang
di matanya
“Bukan mulai, tapi dari
awal aku sudah tahu”
Ah...
Bertahun-tahun si mbak
ini tahu, tapi dia diam. Dia tidak menuntut kepada si mas, dia hanya diam,
menjadi istri yang berbakti. Menutup keluhannya, mengubur cemburunya, ada hati
yang tersayat, benar itu hatiku.
“Aku kurang apa ya Inna?
Bahkan aku dikalahkan oleh anak SMA!”
“Bayangkan itu anak
SMA!!!”
Ada lelehan air mata
yang mulai mengalir
“Dan aku bersikap
seolah-olah aku tidak tahu apa-apa, aku orang bodoh yang dibohongi, bukan
karena apa, tapi aku takut masa depan papi terganggu, aku takut kehormatannya
tercoreng, aku takut keluhanku, cemburuku dan amarahku hanya menjadi sandungan”
Aku terhenyak, cukup
jangan menyakiti hatimu sendiri mbak aku berteriak dalam hati.
“Kamu tahu kan papi itu
siapa? Dan apa jadinya jika aku bicara? Jika aku marah? Apa kata keluarga? Apa kata orang?”
Ya aku tahu, bahkan pada
awalnya aku mengira si mbak ini wanita paling beruntung di dunia bisa bareng mas itu.
“Tapi aku sudah cukup
bahagia Inna”
Bahagia dengan apa mbak?
Bahagia dengan apa? Pengkhianatan? Dan kamu Cuma diam, seakan gak ada apa-apa? Apa
kamu wanita normal mbak?
“Dia mungkin tidak
mengkhianatiku Inna, mungkin aku yang menghalangi masa bahagianya, setidaknya
mereka tidak berjalan sejauh itu”
Dia melihat ke arah jari
tangannya, cincin manis melingkar indah
“Setidaknya, akulah
istrinya dan dia mengatakan dia mencintaiku”
Si mbak itu menghapus
air mata yang meleleh, dia tersenyum. Seakan kembali tegar, seakan dia tidak
tahu apa-apa, dia mengubur cemburu lebih dalam dari samudra, dia memendam
amarah ke inti bumi. Dia kembali bertopeng.
Percakapan sore itu membuka
pikiranku, itukah istri yang seharusnya? Menjaga kehormatan suaminya? Ada ketakutan,
ya aku takut menjalin suatu ikatan. Karena aku takut tidak bisa menjadi wanita
yang seperti itu, yang mungkin justru akan menjerumuskanku pada rasa sakit atau
mungkin ucapan perpisahan. Tidak!!! Aku tidak pernah ingin merasakan itu. Aku takut, kini aku tak hanya melihat laki-laki hanya dari gaya alimnya, gaya sok pintarnya. yang kadang itu hanya bullshit. dan kelakuannya sama aja.
Mungkin ini buka kisah
satu-satunya di dunia ini, mungkin ada ribuan wanita yang berhati tegar yang
memiliki iman teguh.
Aku menatap nanar cincin
yang melingkar di jari manisnya, indah
Aku berdoa
“Semoga kau bahagia
mbak, Allah Maha Adil,”
Suatu Hari
AYAH
Coba sejenak kau lihat raut kelentihan dari wajah ayahmu, helai rambut yang memutih di kepalanya dan kau akan melihat betapa ayah, bapak atau papamu selalu menyayangimu dan menjagamu. Dan dibalik ketidaknyamananmu ada sebuah cinta yang selalu menjadi pelindungmu. Coba kau katakan sekali saja, ” Aku sayang sama ayah, bapak, papa. ” , kau akan melihat guratan senyum kebahagiaan dari raut bibirnya yang mungkin tidak pernah kau lihat sebelumnya. “
Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya…..
Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya. Lalu bagaimana dengan Papa ?
Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu ?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian ?
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil.
Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.
Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu…
Kemudian Mama bilang : “ Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya ” , Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka.
Tapi sadarkah kamu?
Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.
Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang”
Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi ?
Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : “Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”.
Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja.
Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: “ Tidak boleh !”. Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu ? Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat – sangat luar biasa berharga.
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu.
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama.
Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?
Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia. Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu. Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir. Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut – larut. Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.
Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang ?
“Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa.”
Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata – mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti. Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa
Ketika kamu menjadi gadis dewasa.
Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain.
Papa harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu ?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati.
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.
Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT…. kuat untuk pergi dan menjadi dewasa…
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.
Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan.
Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : “ Tidak…. Tidak bisa ! ”
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan “ Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu ”.
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “ Putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang ”
Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.
Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Papa tahu.
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.
Dan akhirnya….
Saat Papa melihatmu duduk di panggung pelaminan bersama seseorang lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia.
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis ?
Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa.
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata : “ Ya Tuhan tugasku telah selesai dengan baik…. Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik…. Bahagiakanlah ia bersama suaminya…”
Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk. Dengan rambut yang telah dan semakin memutih.
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya.
Papa telah menyelesaikan tugasnya.
Papa, Ayah, Bapak kita… adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat. Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis…
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. . Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “ KAMU BISA ” dalam segala hal..
Saya mendapatkan notes ini dari seorang teman, dan mungkin ada baiknya jika aku kembali membagikannya kepada teman-teman ku yang lain.
Tulisan ini aku dedikasikan kepada teman-teman wanita ku , yang kini sudah berubah atau akan berubah menjadi wanita dewasa serta ANGGUN, dan juga untuk teman-teman pria ku yang sudah ataupun akan menjadi ayah yang HEBAT !
Yup, banyak hal yang mungkin tidak bisa dikatakan Ayah, Bapak, Papa kita… Tapi setidaknya kini kita mengerti apa yang tersembunyi dibalik hatinya.
sumber : http://livebeta.kaskus.co.id/thread/000000000000000005692407/sosok-seorang-ayah-yang-terlupakansaya-nangis-sendiri-bacanya
HALLO HUJAN
TEMAN