RSS

Hujan yang baru


Ada hujan yang luput dari mata…
Tak ada lelehan dingin yang membekukan otak
Kerasionalan
Tinggalkan yang memang tidak bisa ditunggu
Tinggalkan yang memang tidak bisa ditunggu
Ada rencana lain yang lebih indah
Nikmati saja
Hujan yang kini menghangat
Alunan irama jendela yang berubah
Bau tanah yang harum
Tidak perlu sebuah kerasionalan dan keterbukaan
Biarkan tetap tidak rasional dan butaa
Karena ini yang harus ditinggal
Tinggalkan luka-luka yang pernah ada
Tinggalkan saja

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Saya

seiring waktu yang berjalan, sungguh saya tak ingin ikut tergerus

tapi ternyata memang saya wanita biasa

katakan kau ada, sungguh aku tak ingin ikut

tapi memang saya wanita biasa

sebuah pelajaran indah

saya tidak sempurna


kembalilah
ke awal

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

SHARE CERITA : Sebenarnya apakah aku orang ketiga ?

Aku pernah punya seorang teman yang begitu sabar, seorang wanita yang menurutku sangat kuat, seorang istri yang seakan tanpa cela, aku anggap dia wanita panutanku. Hidupnya penuh keceriaan, tawanya begitu renyah. Bahkan terkadang aku berpikir hidupnya indah tanpa cela, hingga suatu hari aku menyadari sesuatu, segalanya tak seindah yang aku liat, ada air mata yang tertutup senyum. Yang membuatku begitu mengaguminya, dialah Istri yang seharusnya....

Hal ini dimulai dari suatu pertemuan sore, ada sedikit wajah murung yang terlihat dari raut wajahnya, aku mengira mungkin karena setelah setahun pernikahan tapi dia tak kunjung hamil, tapi ternyata bukan itu.

Sebuah percakapan singkat membuka mataku, dialah wanita... dia ternyata perempuan biasa... tapi dia seorang muslimah terkuat yang pernah aku kenal..

“Inna, aku ini kalo orang bilang sedang menjalani long distance relationship lho, aku sekolah dimana si papi dimana”

Aku tersenyum, tumben si mbak ini cerita soal cinta2an gini. Papi ini merupakan panggilan sayangnya untuk suami tercinta. Memang mereka hidup berjauhan, tapi aku merasa kehidupan mereka mesra-mesra aja seakan menjadi top couple gitu.

“Terkadang tahu banyak itu salah, bersikap dewasa itu menyiksa, dan menjadi bijaksana itu seolah salah”

Aku melihat ke arah mbak ini, dan menatapnya, usianya masih cukup muda, riasan tipisnya mempercantik aura kecantikan dari wajahnya tapi ada mendung dalam tatapannya.

“Terkadang aku merasa menjadi wanita bodoh yang selalu diam dan seakan tidak tahu apa-apa”

“Aku memang tidak sempurna, sebenarnya apa yang harus aku perbaiki? Kalau tidak pernah ada keluhan?”

Aku hanya terdiam, dalam pikiranku mulai ada pikiran-pikiran negativ. Ada apa sebenarnya? Aku mengenal dekat dengan mbak ini, tapi baru kali ini aku melihat ada kegalauan dalam dirinya, setelah 20 tahun aku mengenalnya.

“Inna, sebenarnya apakah aku orang ketiga dalam hubungan itu? Atau dia orang ketiga dalam pernikahanku? Sedangkan aku merasa diam dan tak tahu apa-apa adalah yang terbaik?”

Semua makin jelas, aku beranikan bertanya

“Mbak, apa mas mulai ‘nakal’?”

Ada kaca yang bergoyang di matanya

“Bukan mulai, tapi dari awal aku sudah tahu”

Ah...

Bertahun-tahun si mbak ini tahu, tapi dia diam. Dia tidak menuntut kepada si mas, dia hanya diam, menjadi istri yang berbakti. Menutup keluhannya, mengubur cemburunya, ada hati yang tersayat, benar itu hatiku.

“Aku kurang apa ya Inna? Bahkan aku dikalahkan oleh anak SMA!”

“Bayangkan itu anak SMA!!!”

Ada lelehan air mata yang mulai mengalir

“Dan aku bersikap seolah-olah aku tidak tahu apa-apa, aku orang bodoh yang dibohongi, bukan karena apa, tapi aku takut masa depan papi terganggu, aku takut kehormatannya tercoreng, aku takut keluhanku, cemburuku dan amarahku hanya menjadi sandungan”

Aku terhenyak, cukup jangan menyakiti hatimu sendiri mbak aku berteriak dalam hati.

“Kamu tahu kan papi itu siapa? Dan apa jadinya jika aku bicara? Jika aku marah? Apa kata keluarga? Apa kata orang?”

Ya aku tahu, bahkan pada awalnya aku mengira si mbak ini wanita paling beruntung di dunia bisa bareng mas itu.

“Tapi aku sudah cukup bahagia Inna”

Bahagia dengan apa mbak? Bahagia dengan apa? Pengkhianatan? Dan kamu Cuma diam, seakan gak ada apa-apa? Apa kamu wanita normal mbak?

“Dia mungkin tidak mengkhianatiku Inna, mungkin aku yang menghalangi masa bahagianya, setidaknya mereka tidak berjalan sejauh itu”

Dia melihat ke arah jari tangannya, cincin manis melingkar indah

“Setidaknya, akulah istrinya dan dia mengatakan dia mencintaiku”

Si mbak itu menghapus air mata yang meleleh, dia tersenyum. Seakan kembali tegar, seakan dia tidak tahu apa-apa, dia mengubur cemburu lebih dalam dari samudra, dia memendam amarah ke inti bumi. Dia kembali bertopeng.



Percakapan sore itu membuka pikiranku, itukah istri yang seharusnya? Menjaga kehormatan suaminya? Ada ketakutan, ya aku takut menjalin suatu ikatan. Karena aku takut tidak bisa menjadi wanita yang seperti itu, yang mungkin justru akan menjerumuskanku pada rasa sakit atau mungkin ucapan perpisahan. Tidak!!! Aku tidak pernah ingin merasakan itu. Aku takut, kini aku tak hanya melihat laki-laki hanya dari gaya alimnya, gaya sok pintarnya. yang kadang itu hanya bullshit. dan kelakuannya sama aja.
Mungkin ini buka kisah satu-satunya di dunia ini, mungkin ada ribuan wanita yang berhati tegar yang memiliki iman teguh.

Aku menatap nanar cincin yang melingkar di jari manisnya, indah
Aku berdoa
“Semoga kau bahagia mbak, Allah Maha Adil,”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Suatu Hari

Pada suatu hari yang cerah dalam balutan cahaya mentari yang begitu hangat

Kita berdiri berjauhan dalam kisaran amarah

Terbatasi oleh perbedaan,  bertengkar karena emosi

Ahhhh

"Allaahu Akbar"

berhenti!!! Jangan kau nodai TAKBIR itu dengan pertumpahan darah

yang bahkan mengalir dari pembuluh darah saudara-saudaramu sendiri!!!

Tangis air mata itu hanya akan mengalir sia-sia

Ibu-ibu di jalanan meratapi kematian anak mereka

hanya karena ego, ketidak pahaman dan hati yang mengeras

Jangan menodainya, seakan kita semua sama.

karena aku dan kamu berbeda

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

AYAH



Coba sejenak kau lihat raut kelentihan dari wajah ayahmu, helai rambut yang memutih di kepalanya dan kau akan melihat betapa ayah, bapak atau papamu selalu menyayangimu dan menjagamu. Dan dibalik ketidaknyamananmu ada sebuah cinta yang selalu menjadi pelindungmu. Coba kau katakan sekali saja, ” Aku sayang sama ayah, bapak, papa. ” , kau akan melihat guratan senyum kebahagiaan dari raut bibirnya yang mungkin tidak pernah kau lihat sebelumnya. “


Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya…..

Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya. Lalu bagaimana dengan Papa ?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu ?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian ?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil.
Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.
Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu…
Kemudian Mama bilang : “ Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya ” , Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka.


Tapi sadarkah kamu?
Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.


Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.
Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang”
Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi ?


Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : “Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”.
Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.


Ketika kamu sudah beranjak remaja.


Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: “ Tidak boleh !”. Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu ? Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat – sangat luar biasa berharga.
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu.
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama.
Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?


Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia. Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu. Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?


Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir. Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut – larut. Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.


Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang ?
“Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa.”


Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata – mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti. Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa


Ketika kamu menjadi gadis dewasa.
Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain.
Papa harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu ?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati.
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.
Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT…. kuat untuk pergi dan menjadi dewasa…


Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.
Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan.


Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : “ Tidak…. Tidak bisa ! ”
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan “ Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu ”.
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?


Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “ Putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang ”


Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.
Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Papa tahu.
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.


Dan akhirnya….


Saat Papa melihatmu duduk di panggung pelaminan bersama seseorang lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia.
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis ?
Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa.
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata : “ Ya Tuhan tugasku telah selesai dengan baik…. Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik…. Bahagiakanlah ia bersama suaminya…”


Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk. Dengan rambut yang telah dan semakin memutih.
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya.
Papa telah menyelesaikan tugasnya.


Papa, Ayah, Bapak kita… adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat. Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis…
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. . Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “ KAMU BISA ” dalam segala hal..


Saya mendapatkan notes ini dari seorang teman, dan mungkin ada baiknya jika aku kembali membagikannya kepada teman-teman ku yang lain.


Tulisan ini aku dedikasikan kepada teman-teman wanita ku , yang kini sudah berubah atau akan berubah menjadi wanita dewasa serta ANGGUN, dan juga untuk teman-teman pria ku yang sudah ataupun akan menjadi ayah yang HEBAT !


Yup, banyak hal yang mungkin tidak bisa dikatakan Ayah, Bapak, Papa kita… Tapi setidaknya kini kita mengerti apa yang tersembunyi dibalik hatinya.






sumber : http://livebeta.kaskus.co.id/thread/000000000000000005692407/sosok-seorang-ayah-yang-terlupakansaya-nangis-sendiri-bacanya

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

HALLO HUJAN


“hallo hujan”

“bagaimana kabarmu?”

“ini aku perempuan yang menunggumu lama”

“aku ingin bercerita banyak, sebanyak butiran-butiran air yang membasahi kaca jendela kamarku”

“ingatkah engkau dengan lelaki yang dulu sering datang menemuiku? Yang bahkan menantang basah saat kau turun hanya untuk bertemu denganku?”

“bisakah kau tunjukkan dimana Ia sekarang? Apa ia tetap menungguku di depan pintu seperti dulu? Atau aku pergi dengan sia-sia?”

“hujan, pintuku bukan lagi pintu yang sama seperti dulu, aku sudah berpindah. Bukan karena kau terus menyapaku tetapi aku ingin menghindari lelaki di balik pintu itu, meskipun sebenarnya sudah tidak ada dia lagi di balik pintu”

“hai hujan, apakah kau melihat tangis di mataku atau kau melihat senyum di bibirku? Aku bukan seperti itu. Apa kau bisa melihat aku yang sebenarnya hai hujan?”

“biarkan hujan menghapus kenangan”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

TEMAN


Malam itu aku melihat bulan purnama yang terangnya berbayang, ada awan yang merangkulnya penuh manja.

Siang itu aku melihat mentari, dengan panas yang menyengat, manggayut manja pada sentuhan mentari

Pagi itu aku merasakan dingin dengan hembusan kabut yang menyegarkan kulit ini, membasahi ringkihan-ringkihan kering

Sore itu aku melihat langit dengan hiasan tarian-tarian oranye yang indah, begitu indah hingga aku tak kuasa untuk melihatnya

Hari itu aku mendengar tangis, dari suara angin yang berhembus lembut, seakan tidak ingin bergerak lagi

Saat itu aku melihat kalian, berdiri di ujung jalan, menyapaku, menggandengku, merangkulku, dan kita berjalan bersama meskipun jalan kita berbeda.
Ya
Kita tetap bergandengan
Menuju akhir
Di arah dan jalan yang berbeda

Ketika kita belajar berjalan, maka ada tangan yang membantumu untuk berdiri. Begitupun saat kita belajar bersepeda maka ada tangan yang membantumu untuk seimbang di atas sepedamu. Selalu ada tangan-tangan tulus yang terus membantu. Bayangkan ketika kau awal berada di perantauan, jauh dari keluarga yang selalu melindungimu atau jauh dari teman yang sudah kau kenal sejak kecil. Dunia baru, tanggung jawab yang baru demi tujuan indah yang sudah kau tetapkan. Aku begitu mengingatnya karena saat itu aku bertemu denganmu. Pertemuan yang memang harus terjadi dan aku begitu mensyukurinya. Karena kau memang salah satu hal paling berharga untukku.

Hidup kita begitu bervariasi dengan berbagai peristiwa yang membuat kita semakin dewasa. Masa-masa perkuliahan, ujian, tugas, cinta, senyuman, marah, liburan menjadi bagian dalam kehidupan kita dimana kita saling menyemangati, kita saling berbagi, kita saling bersama, kita saling menguatkan meskipun diri kita begitu lemah, kita saling mengingatkan, kita saling memahami, kita saling mengerti dan terkadang kita saling diam. Teman, sahabat, dan saudaraku......

Ingatkah ketika kau kecewa, ada bayang-bayang amarah yang membuatmu ingin pergi jauh. Tanganmu bergetar, jiwamu mengerut dan ia datang menghampirimu segera, menggenggam tanganmu dengan tulus berharap kekecewaan itu tidak akan melukaimu. Ia menghiburmu hingga seakan menjadi badut dalam tawamu, karena ia pun pernah kecewa sepertimu.
Ingatkah ketika kamu terluka, air mata membanjiri pipimu, ada isak dari bibirmu yang mengiringi tangis. Hatimu seakan remuk, kaupun tidak tahu apakah kau kuat untuk menghadapi luka itu. Ia datang dengan tangis yang lebih keras darimu, hatinya ikut terluka sepertimu dan ia berusaha untuk menguatkanmu meskipun sebenarnya ia tak cukup kuat, karena ia tahu lukamu begitu dalam dan ia tak ingin kau tersakiti.

kita saling menyemangati, kita saling berbagi, kita saling bersama, kita saling menguatkan meskipun diri kita begitu lemah, kita saling mengingatkan, kita saling memahami, kita saling mengerti dan terkadang kita saling diam.

Terkadang aku berpikir, begitu cintanya Allah kepadaku hingga Ia mengirimkan kau kepadaku. Akan selalu kuingat, saat kita berpelukan untuk saling menyembuhkan luka. Akan selalu kuingat saat kita tertawa menertawakan hidup. Akan selalu kuingat saat kita menangis mencurahkan sepi. Tapi kita tidak pernah kesepian karena kita selalu mengisi.

Aku dan kamu seakan saling menyatu, hingga dalam kedipanpun kita bisa saling memahami. Ah indahnya, terkadang aku tak ingin kehilangan waktu itu tetapi memori seakan semakin membelenggu untuk melupakan. Hingga aku mengabadikannya dalam sebuah catatan. Catatan pengamatan kita, aku yang mengamati. Aku yang ingin tahu apa yang sudah kita lewati. Cerita ini tentunya akan berbeda nanti, entah berapa lama lagi kita akan berubah lagi, kita tak tahu perubahan apa yang akan terjadi nanti.

Aku ingin perubahan itu tetaplah merekatkan tangan-tangan kita yang bergandengan.
Aku rindu
Aku rindu
Aku rindu
Senyummu’
Tawamu
Tandamu
Ku rindu
Kau dan aku
J

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS