Malam itu aku melihat bulan purnama yang terangnya
berbayang, ada awan yang merangkulnya penuh manja.
Siang itu aku melihat mentari, dengan panas yang
menyengat, manggayut manja pada sentuhan mentari
Pagi itu aku merasakan dingin dengan hembusan kabut
yang menyegarkan kulit ini, membasahi ringkihan-ringkihan kering
Sore itu aku melihat langit dengan hiasan
tarian-tarian oranye yang indah, begitu indah hingga aku tak kuasa untuk
melihatnya
Hari itu aku mendengar tangis, dari suara angin
yang berhembus lembut, seakan tidak ingin bergerak lagi
Saat itu aku melihat kalian, berdiri di ujung
jalan, menyapaku, menggandengku, merangkulku, dan kita berjalan bersama
meskipun jalan kita berbeda.
Ya
Kita tetap bergandengan
Menuju akhir
Di arah dan jalan yang berbeda
Ketika kita belajar
berjalan, maka ada tangan yang membantumu untuk berdiri. Begitupun saat kita
belajar bersepeda maka ada tangan yang membantumu untuk seimbang di atas
sepedamu. Selalu ada tangan-tangan tulus yang terus membantu. Bayangkan ketika
kau awal berada di perantauan, jauh dari keluarga yang selalu melindungimu atau
jauh dari teman yang sudah kau kenal sejak kecil. Dunia baru, tanggung jawab
yang baru demi tujuan indah yang sudah kau tetapkan. Aku begitu mengingatnya
karena saat itu aku bertemu denganmu. Pertemuan yang memang harus terjadi dan
aku begitu mensyukurinya. Karena kau memang salah satu hal paling berharga
untukku.
Hidup kita begitu
bervariasi dengan berbagai peristiwa yang membuat kita semakin dewasa.
Masa-masa perkuliahan, ujian, tugas, cinta, senyuman, marah, liburan menjadi
bagian dalam kehidupan kita dimana kita saling menyemangati, kita saling
berbagi, kita saling bersama, kita saling menguatkan meskipun diri kita begitu
lemah, kita saling mengingatkan, kita saling memahami, kita saling mengerti dan
terkadang kita saling diam. Teman, sahabat, dan saudaraku......
Ingatkah ketika kau
kecewa, ada bayang-bayang amarah yang membuatmu ingin pergi jauh. Tanganmu
bergetar, jiwamu mengerut dan ia datang menghampirimu segera, menggenggam tanganmu
dengan tulus berharap kekecewaan itu tidak akan melukaimu. Ia menghiburmu
hingga seakan menjadi badut dalam tawamu, karena ia pun pernah kecewa
sepertimu.
Ingatkah ketika kamu
terluka, air mata membanjiri pipimu, ada isak dari bibirmu yang mengiringi
tangis. Hatimu seakan remuk, kaupun tidak tahu apakah kau kuat untuk menghadapi
luka itu. Ia datang dengan tangis yang lebih keras darimu, hatinya ikut terluka
sepertimu dan ia berusaha untuk menguatkanmu meskipun sebenarnya ia tak cukup
kuat, karena ia tahu lukamu begitu dalam dan ia tak ingin kau tersakiti.
kita saling
menyemangati, kita saling berbagi, kita saling bersama, kita saling menguatkan
meskipun diri kita begitu lemah, kita saling mengingatkan, kita saling
memahami, kita saling mengerti dan terkadang kita saling diam.
Terkadang aku
berpikir, begitu cintanya Allah kepadaku hingga Ia mengirimkan kau kepadaku.
Akan selalu kuingat, saat kita berpelukan untuk saling menyembuhkan luka. Akan
selalu kuingat saat kita tertawa menertawakan hidup. Akan selalu kuingat saat
kita menangis mencurahkan sepi. Tapi kita tidak pernah kesepian karena kita
selalu mengisi.
Aku dan kamu seakan
saling menyatu, hingga dalam kedipanpun kita bisa saling memahami. Ah indahnya,
terkadang aku tak ingin kehilangan waktu itu tetapi memori seakan semakin
membelenggu untuk melupakan. Hingga aku mengabadikannya dalam sebuah catatan.
Catatan pengamatan kita, aku yang mengamati. Aku yang ingin tahu apa yang sudah
kita lewati. Cerita ini tentunya akan berbeda nanti, entah berapa lama lagi
kita akan berubah lagi, kita tak tahu perubahan apa yang akan terjadi nanti.
Aku ingin perubahan
itu tetaplah merekatkan tangan-tangan kita yang bergandengan.
Aku rindu
Aku rindu
Aku rindu
Senyummu’
Tawamu
Tandamu
Ku rindu
Kau dan aku
J
0 comments:
Post a Comment