GADIS HUJAN
Payung tua yang sudah
lusuh itu bergoyang-goyang diiringi gerakan angin. Tidak stabil. Angin berhembus
kencang membuat payung itu terus bergoyang kencang. Dan gadis kecil di bawah
payung itu hanya diam, terpaku tidak memperdulikan hembusan angin yang
menggoyangkan payung lusuhnya. Dia hanya diam menatap air hujan yang turun dari
pinggiran payungnya. Rambut coklat panjangnya dihembuskan angin hingga tidak rapi
lagi. Tapi ia hanya diam dalam hembusan hujan. Dia asyik melihat hujan, hujan
sore itu yang cukup deras. Beberapa orang lalu lalang di depannya, tidak
satupun menarik perhatiannya untuk menepis hujan yang begitu menarik dalam
pandangannya.
Hari semakin larut,
matahari makin condong ke barat, tetapi hujan belum juga berhenti. Gadis kecil
itu tetap berdiri, kumandang azan terdengar dari kejauhan. Suara azan itu
menarik perhatiannya, dia menoleh, menggeleng-geleng, mengangguk-angguk. Ada pergolakan
batin dalam hatinya.
“khayya ‘ala ssholaaat”
Gadis kecil itu berlari
membawa payungnya, dia berlari dalam percikan hujan yang terus berdentang, dia
berlari cepat ke surau. dia lempar payung lusuh itu dan masuk ke surau. air
yang menyucikan ia basuhkan ke tangannya, ke wajahnya, ke kepalanya dan ke kakinya
hingga ia bergabung dengan jama’ah shalat yang sudah berdiri bersiap untuk
menunaikan shalat. Gadis kecil itu menoleh sebentar pada hujan di luar dan ia
tersenyum. Senyuman manis yang jarang tampak pada wajahnya.
Gadis hujan
Gadis hujan yang selalu berdoa dalam sujudnya
Dia ingin hujan
Hujan dengan airnya
Membersihkan dan melarutkan luka
Melarutkan kenangan
Hujan
Karena hujan
Karena dia gadis hujan
Gadis hujan itu keluar
dari surau setelah menunaikan kewajibannya. Dia memandang hujan, hujan yang tak
kunjung berhenti. Payung yang lusuh itu kembali ia raih dan gadiss hujan itu
berlari, berlari menembus hujan. Hingga pada suatu titik ia tidak lagi
merasakan percikan hujan.
Hujan telah berhenti...
Hujan itu berhenti....
Air mata bening mulai
membasahi pipinya, hujan telah berhenti. Dan ia belum menemukan sosok yang ia
tunggu dalam hujan. Dia menangis, air mata itu terus mengalir deras membasahi
pipinya.
Hujan di pelupuk
matanya...
0 comments:
Post a Comment