RSS

GADIS HUJAN #2






Dia menari..
Berputar-putar dalam diam
Sediam itukah?
Tidak..
Percikan hujan menggayut mesra pada tubuhnya
Gadis hujanku yang terindah
Gadis hujanku..
Yang telah lama diam terkurung dalam hidupku
Gadis hujanku...
Yang tangisnya sebening embun
Gadis hujanku..
Yang dalam diam dia tertawa
Menangis..
Tersenyum
Senyumnya yang menorehkan rindu
Oh Gadis hujanku
Ini aku..
Bersembunyi di bawah hujan

                Sudah dua jam waktu kerja paruh waktuku di minimarket ini. Aku melihat ke jendela kaca di luar, jalanan mulai sepi hanya satu dua mobil yang lewat. Seseorang duduk sendiri di halte bis di seberang jalan. Tidak ada yang istimewa darinya, tapi kesunyian membuatku senang memperhatikannya.
“tik..tik..tik...”
“tik.tik.tik.tik.tik.”
Hujan mulai turun, semakin deras. Sepertinya sudah memasuki musim hujan karena dalam satu minggu ini sering hujan pada malam hari. Hujan semakin deras, semakin deras dan semakin deras. Aku melihat ke arah halte, gadis itu tidak lagi duduk di tempatnya. Dia menari-nari di jalanan menikmati air hujan yang mengguyur lebat. Gadis aneh.. dia terus menari di bawah hujan, melompat, tertawa, terlintas dalam pikiranku gadis itu bukan orang normal.






               Sudah sebulan aku bekerja paruh waktu di minimarket ini dan tiap malam aku melihat gadis itu, gadis yang sabar menanti bus yang lama tak datang. Gadis aneh yang menari di bawah hujan. Aku menanti tiap pertemuan dalam sunyi ini, bukan pertemuan tepatnya tapi sebuah komunikasi searah dariku yang melihat gadis hujan itu. Berlarut-larut hingga aku bertahan bekerja di minimarket itu hampir setahun. Bukan karena uang, tapi karena gadis itu, gadis aneh yang senang menari di bawah hujan.


                Setelah melihat lama tarian hujan aku mulai mengerti. Dialah gadis hujan, yang mencintai hujan. Rambutnya yang panjang sebahu basah menutupi wajahnya. Tawanya, ada yang bergolak di hatiky. Hentakan air hujan yang ia tarikan menghipnotis mataku. Untaian tanganya yang menyapa air hujan serasa mengusap lembut hatiku. Segalanya gelap, gelap hanya ada cahaya di titik itu, gadis itu.

Mesra...
Akupun ingin mesra..
Dalam balutan hujan itu, bersamamu..
Akupun ingin menjadi hujan
Yang airnya membawa tawamu..
Oh gadis hujan..



Ingin aku menyapa, mengakhiri diam ini, ingin aku berlari menghampiri, menemani kesendiriannya. Ingin aku bertanya “tidak adakah yang menemanimu wahai gadis hujan?”. 

Tapi

Aku hanya menatap lewat jendela kaca dengan jarak 40 meter. Aku menyemangatinya dari jauh, mengikuti senyummu dalam jarak. Dan ikut menari dalam hati. Bukan cinta, bukan. Terlalu naif bila mencintai orang tanpa tahu siapa dia. Hanya keinginan bergelayut mesra dalam tatapan. Aku ingin ada kelanjutan, aku ingin ada kebisingan dalam sunyi ini, aku tidak ingin berkomunikasi sendiri. Aku ingin tahu, ingin mendekat, ingin masuk dalam tariannya. Tidak..tidak sekarang..tidak..tidak...

Aku belum cukup berani.. gadis hujan itu pasti menunggu.. pasti tetap disana.. nanti suatu hari nanti, aku akan mendekat.
                

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment