Andai ada celah yang membuat aku
bisa melihat dengan jelas
Andai ada kaca yang bisa
tunjukkan padaku bayanganku yang sesungguhnya
Tapi itu hanya bayangan sayang
Hanyalah bayangan lalu, yang
bukan dirimu sendiri
Tidakkah kau malu
Bahkan bayanganmu pun tidak kamu
tahu
Tidakkah kamu takut
Perasaan itu akan membawamu dalam
kesepian sayang
Kurangkah pertimbanganmu itu
Kurangkah akal sehat yang kamu
gunakan
Hingga “itu” membutakan langkahmu
-
Gadis hujan itu menunggu,
menunggu seseorang di tepi danau yang sepi itu. Tiap hari dia menunggu dengan
hati yang sama, dengan pikiran yang sama.
“apa
dia akan datang sekarang? Apa hari ini adalah akhir”
Gadis hujan yang malang, dia
selalu menunggu. Entah siapa saja yang dia tunggu, mulai dari kecil dia
menunggu di bawah hujan, dan kini dia tetap menunggu. Meskipun itu orang yang
berbeda. Dengan perasaan yang berbeda dan harapan yang berbeda..
Tikk. Tik. Tik.. tik..
Detik
Menit
Sudah 30 menit, dan tidak ada
orang lain yang datang, itu sudah biasa. Dia
akan menunggu. Dia meraba ponsel di saku roknya. Tidak ada getaran,
tidak ada pemberitahuan. Oke dia menunggu.
Sehelai kertas melayang di
sampingnya, dia menoleh. Seorang laki-laki berdiri,
“selalu
menunggu”
Gadis hujan itu tersenyum pada
laki-laki itu
“kebiasaan
si”
Laki-laki itu mendekat,
“kadang,
pada saat tertentu kamu harus meninggalkan”
Gadis hujan hanya tertawa menanggapinya.
Dia tahu, apa maksud dari meninggalkan. Laki-laki itu sungguh baik, sangat
baik.
“akan
ada banyak yang terluka”
“akan
banyak yang kecewa”
“atau
mungkin akan ada banyak yang setuju”
“mungkin
akan ada banyak yang memahami”
“kau
terlalu indah untuk disakiti”
“katakan
itu pada negaramu”
“pada
orang-orang disekitarmu”
Gadis itu diam mendengarkan
perkataan laki-laki itu, dia hanya diam melihat ke arah laki-laki itu. Ada air
mata yang menggenang di matanya. Pengorbanan. Kebahagiaan.
Dia mendekat, mengambil tas
ransel dari pundak laki-laki itu.
“mungkin
nanti bila aku memang harus meninggalkanmu”
Gadis hujan berbisik pada
laki-laki itu
“ibas..”,
gadis itu memanggil laki-laki itu
“yang
mulia ibas”, gadis itu terus memanggil dengan lirih
“biarkan
saya menemukan kebahagiaan ini sebentar”
“kita
akan melihat takdir kita nanti”
Gadis hujan itu beranjak pergi,
laki-laki itu mengikutinya dari belakang dengan senyuman lebar
“karena
aku tidak bisa meninggalkanmu aira..”, laki-laki itu mencubit lengan gadis
hujan
Mereka pergi
Beriringan
Bayangan mereka semakin menjauh
dari danau
Seorang pangeran yang begitu
ingin bebas dan menemukan kebebasannya, menemukan kebaikannya pada aira, gadis
biasa. Gadis biasa yang segalanya serba biasa. Aira, yang senyumnya memberikan
warna, airmatanya adalah embun sejuk. Dan langkahnya adalah candu. Aira, yang
tidak pantas untuk tersakiti, setelah banyak disakiti.
Sedangkan aku, aku hanya
laki-laki yang terpasung, yang terpenjara. Yang harus mengabdi, yang tidak bisa
bebas. Persetan orang bilang aku ibas! Laki-laki penerus pemerintahan negeri
ini! Aku yang menjadi pangeran! Dan haruskah aku menyalahkan ayahku yang
menjadi seorang raja.
Aira..
Tinggalkan aku yang gila ini
Tinggalkan aku meskipun aku memohon-mohon
padamu untuk tetap disini
Tinggalkan aku
Sebelum semua milikku yang tidak
pernah aku inginkan menyakitimu
Sebelum mereka yang tidak
mengerti membawamu pergi
Pergi
Bukan meninggalkanku
Aira
Aku gila!!
Aku gila!
Kenapa aku? Kenapa aku?
Tetaplah menemaniku aira
(ibas,
2010)
1 comments:
Sangat menginspirasi...
Nice
Post a Comment