RSS

WANITA dalam saat-saat sulit




Ketika saat-saat tertentu, dalam detik-detik yang berlalu dalam hidup saya selalu melihat, menyadari dan memahami bagaimana perilaku setiap orang di sekitarku. Ketika mereka marah, sedih, ataupun bahagia. Bukan hal menarik apabila kita melihat hanya dalam satu perspektif saja, berbeda apabila kita menyelami hal itu labih dalam dan melihat bagaimana hal itu adalah sumber pembelajaran bagi kita, menjadi sebuah adegan yang menarik untuk kita jadikan sebuah pengalaman hidup. Betapa ruginya apabila kita tidak melihat bagaimana bumi berputar, bagaimana kehidupan di sekitar kita berputar. Kita tidak hanya sendiri, ada banyak orang yang ada di sekitar kita yang mempengaruhi dan berjalan bersama kita dalam kehidupan kita, dan itu sebuah kebohongan apabila kita hanya cuek terhadap semua itu.
Beberapa hari yang lalu, saya melihat seorang teman wanita menangis, ini memang bukan pertama kalinya bagi saya untuk melihat orang lain menangis apalagi sebagai seorang perempuan tentu kehidupan saya dekat dengan air mata. Suatu permasalahan datang bertubi-tubi, terkadang cenderung begitu berat dan yang sebagian besar kaum wanita lakukan adalah menangis, hal awal yang mereka lakukan dan termasuk saya lakukan juga adalah menangis. Air mata yang bergulir itu tidaklah menghapus kesedihan ataupun menghilangkan permasalahan. Air mata yang bergulir itu hanya bergulir mesra dengan indahnya di kedua pipi, seakan tidaklah ada gunanya. Lalu kenapa Allah memberikan kodrat bagi seorang wanita cenderung lebih mudah menangis? Air mata yang mengalir itu membawa kekecawaan, penyesalan dan kebimbangan. Mengalirkan semua itu jatuh, sederhana, setetes air mata melegakan perasaan. Perasaan kami kaum wanita.
Ketika menghadapai seorang teman yang menangis, hal yang selalu saya lakukan meskipun berkali-kali saya melihat wanita menangis adalah diam. Diam memperhatikan air mata itu meluncur pelan dari matanya. Mata seorang wanita yang begitu indah. Dan saya selalu bingung apa yang harus saya lakukan. Apakah kalimat “semua akan baik-baik saja” akan membuatnya lebih baik. Apakah tatapanku dalam diam itu akan membantu temanku itu untuk tidak menangis? Saya merasa segalanya salah, karena saya melihat seorang wanita menangis hanya dalam perspektif diri saya sebagai seorang wanita. Saat itu, saya merasa bersalah karena membiarkan air mata itu menetes dari mata kaumku. Saya bersalah karena tidak tahu bagaimana membendung kesedihan dari wanita-wanita di sekitarku, dan yang hanya saya bisa lakukan adalah diam.
Wanita, perempuan, gadis, istri,ibu,  janda, dan segala sebutan lain yang mereka katakan terhadap kaumku menjadikanku begitu takut, bingung terhadap pelabelan itu. Sedangkan menjadi apapun akan tetap ada air mata yang mengiri. Meskipun saya belum pernah merasakan tentu ada suatu perasaan takut ketika label kita akan berubah menjadi “istri”, secara tidak langsung kita selalu takut untuk sedih sedangkan hal itu selalu saja ada di sekitar kita. Atau kita nantinya akan menjadi “ibu”, bagaimana menghadapi tangisan bayi sedangkan kita sendiri masih sering menangis. Inilah yang terjadi, karena saya adalah wanita yang begitu dimuliakan.
Untuk wanita Indonesia, tegarlah dan kuatlah!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment